Dalam kunjungan ke Sekolah Pelita Harapan Karawaci pada 20 April 2018, Founder Yayasan The Development Cafe, Dr. Valentine Gandhi membawakan materi mengenai International Development yang difokuskan pada ‘bantuan untuk pembangunan dan penanggulangan kemiskinan’ kepada para siswa Grade 10 kelas Humanity. Kegiatan ini diharapkan dapat memotivasi generasi muda khususnya para siswa untuk berkontribusi dalam rangka menyukseskan pembangunan nasional.
Sesi pelajaran dimulai dengan pengenalan singkat tentang Yayasan The Development Cafe termasuk proyek I AM, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan mengenai konsep pembangunan (Development). Para siswa cukup antusias dalam menyimak materi yang dibawakan. Hal ini terlihat melalui pertanyaan-pertanyaan kritis yang diajukan selama sesi pelajaran berlangsung, termasuk ketertarikan salah satu siswa untuk membantu mengajarkan Bahasa Inggris pada pengungsi asal Timur Tengah yang ada di Jakarta.
Konsep pembangunan bermacam-macam, diantaranya pembangunan ekonomi (economic development), pembangunan sosial (social development) dan pembangunan manusia (human development). Pembangunan dan kemanusiaan terlibat sebagai mitra yang sejajar. Dalam pelaksanaannya, pembangunan tidak boleh mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan atau melanggar hak dasar manusia karena bagaimanapun pembangunan bertujuan untuk mewujudkan pemerataan bagi semua golongan masyarakat sehingga tidak ada yang merasa tersisihkan. Untuk menyukseskan pembangunan, lembaga internasional maupun pemerintah menyalurkan program bantuan ke negara atau wilayah miskin untuk mendorong kehidupan masyarakat yang berkelanjutan. Bagaimanapun, fokus utama dari program tersebut adalah untuk memperkuat masyarakat agar bisa mandiri, bukan untuk membuat mereka tergantung pada bantuan.
Penanggulangan kemiskinan melalui pembangunan menjadi salah satu fokus pembahasan dalam sesi pelajaran yang dibawakan Dr. Gandhi dalam kunjungan ke SPH Karawaci. Hal ini sangat menarik mengingat penanggulangan kemiskinan merupakan poin pertama dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) dan termasuk dalam sembilan agenda prioritas pemerintah atau yang biasa disebut Nawa Cita. Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang masih dihadapi Indonesia saat ini. Berdasarkan data BPS pada September 2017 jumlah penduduk miskin berdasarkan pendapatan per kapita di Indonesia mencapai 26,58 juta orang atau sekitar 10,12%. Jumlah tersebut berkurang sebesar 1,19 juta orang dibandingkan dengan kondisi Maret 2017 yang sebesar 27,77 juta orang atau sebesar 10,64%. Walaupun jumlahnya berkurang, akan tetapi angka kemiskinan di Indonesia masih cukup tinggi. Oleh karena itu, pemerintah terus mengupayakan berbagai cara untuk menanggulanginya diantaranya dengan menjalankan beberapa program yakni stabilitas harga, program subsidi dan dana desa, serta bantuan sosial.
Sebagai bentuk perwujudan dari Nawa Cita dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, pemerintah memprioritaskan pembangunan infrastruktur untuk mewujudkan pemerataan dan diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Seperti yang diketahui, pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang sering digunakan untuk menilai keberhasilan pembangunan dan turut berpengaruh pada penurunan jumlah penduduk miskin. Walaupun dampak dari pembangunan infrastruktur tersebut belum terlihat secara signifkan tetapi hal ini diharapkan dapat menjadi modal untuk meningkatkan daya saing Indonesia secara global. Selanjutnya, solusi yang dapat ditempuh sebagai upaya dalam menanggulangi kemiskinan dapat berupa penyediaan lapangan kerja serta meningkatkan pengadaan program pelatihan keterampilan atau UMKM, dll yang dapat memotivasi dan membekali masyarakat untuk menciptakan lapangan kerja sesuai dengan keterampilan yang dimiliki ataupun sumber daya yang ada di wilayahnya.
Selain itu, peran serta generasi muda diperlukan untuk membangun solusi yang tepat dalam menanggulangi kemiskinan di Indonesia. Bonus demografi yang diprediksi akan terjadi dalam rentang waktu tahun 2020-2030 harus diimbangi dengan peningkatkan kualitas SDM dalam bidang kesehatan, tingkat pendidikan dan keterampilan serta penyiapan lapangan kerja sehingga dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Dalam hal ini, para generasi muda dapat berkontribusi dalam penanggulangan kemiskinan dengan bergabung menjadi relawan di komunitas sosial seperti Indorelawan dan Komunitas Jendela.
Salah satu contoh konkrit keterlibatan generasi muda dalam pembangunan dapat dilihat dari Proyek Kota Tua, yang digagas oleh siswa dari Sekolah Pelita Harapan bernama Hugo Leo dengan menggandeng beberapa pihak sebagai mitra kerjasama diantaranya Jakarta Smart City dan Yayasan The Development CAFE. Proyek ini bertujuan untuk merevitalisasi kawasan Kota Tua sehingga dapat menarik lebih banyak pengunjung dan menjadikan Kota Tua sebagai situs warisan budaya UNESCO pada 2030. Kegiatan ini dapat dijadikan sumber inspirasi bagi generasi muda lainnya dalam hal pengembangan kreativitas dan pemanfaatan kecanggihan teknologi untuk pembangunan. Selain itu, kontribusi generasi muda dalam pembangunan dapat diwujudkan dengan mengikuti program magang di lembaga/organisasi internasional yang bergerak di bidang pembangunan seperti United Nations Development Program (UNDP) ataupun mengikuti program pertukaran pelajar seperti American Field Service (AFS) dan Youth for Understanding (YFU). Dengan berbekal ilmu dan pengalaman dari kegiatan tersebut, para generasi muda dapat mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian membangun solusi ataupun melakukan inovasi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan potensi sumber daya yang ada secara maksimal untuk pembangunan di Indonesia.